10.16.2011

Integrity in My Profession as an Accountant

When the news about crime of corruption has spread widely, it can’t be separated from people who has political will about finance. It’ll also make a new public opinion. Especially for the job like accountant. The joke came up when someone who want to take the economic field. They family or friends will said don’t be a corruptor. It’s so sad because public paradigm moved to make economic and corruption looks equal.

One of the dangerous part is frightened about dirty situation in economic exceed the eagerness to solve that situation. It caused the economic position will be occupied with someone who just want a private profit making.

This situation may be found in accounting area. Moreover, accountant has a capability to make a decision about financial plan. Accountant can read the risk and the chance. It’s a gate lead up dark or bright future.

The one can avoid the worst is integrity. Integrity is a self-respect. Honesty to ourselves and others. The quality of integrity is not a trait that we are born with, but it is learned as we go through life. Integrity begins when we were very young, usually taught by parents, grandparents, neighbors, teachers, and friends. Integrity involves respect for self, respect for others, and responsibility for all your action.

Integrity is expensive and accountant with integrity is more and more precious.
SHARE:

10.14.2011

Kontribusi (?)

Kontribusi (?)


Membuat tulisan bebas adalah salah satu hal yang paling menantang. Karena membuat tulisan bebas memerlukan kemampuan untuk menuangkan begitu banyak ide, begitu banyak keinginan menjadi satu tulisan. Bagaimana memilih satu topik dari sekian banyak topik yang ingin kita angkat.

Tidak beda jauh dengan sebuah NGO, LSM, atau organisasi lainnya . Kemampuan dari masing-masing anggota untuk menyatukan tujuan dari berbagai macam motivasi yang mereka miliki sebelumnya. Memilih prioritas dan bentuk kontribusi apa yang bisa mereka berikan untuk negeri.

Bicara kontribusi, setiap orang punya kesempatan untuk bisa berkontribusi, memberikan sesuatu untuk negeri. Siapapun bisa, siapapun. Namun, kontribusi kini seringkali dikaitkan dengan social act, campaign, atau gerakan-gerakan besar lainnya. Sehingga banyak orang menjadi bingung, apa yang harus dilakukan untuk bisa berkontribusi? Darimana saya harus memulainya? Atau takut kontribusi saya tidak diterima oleh masyarakat.


Padahal makna kontribusi itu luas. Tidak harus dengan go green, fight poverty, against corruption untuk bisa berkontribusi. Dengan bakat, keahlian, talenta yang kita miliki, kita bisa berkontribusi. Bahkan cukup kita mulai dengan sesuatu yang kita cintai.

Misalnya saja, karena kecintaannya dengan musik, Iga Massardi membuka Kelas Gitar Gratis setiap akhir pekan. Karena kecintaannya dengan anak dan budaya, Rudi Correns membangun museum anak Kolong Tangga. Just do what you love and love what you do.

So contribute what you want to give.




*sumber gambar: myselfspeaks.blogspot.com
SHARE:

10.13.2011

Meja Makan Made in Holland

Artikel ini dimuat dalam studiddibelanda.com

Alhamdulillah artikel ini membuat saya bisa mentraktir beberapa teman makan di resto yang cukup mewah (terpaksa -_-) dan mengantarkan pertemuan saya dengan mas-mas yang, subhanallah, baca Alquran sembari menunggu bus di daerah Blok M, Jakarta. Benar-benar mengalihkan dunia!

Meja Makan Made in Holland


Anak-anak adalah sumber daya yang paling bernilai. Hingga berbagai pihak pun berusaha merawat dan menjaga mereka sebaik-baiknya dengan memberikan pendidikan yang bermutu, membangun fasilitas untuk mengembangkan bakat, dan sebagainya. Namun hidup anak-anak bukan hanya sebuah ajang mengukir prestasi. Hidup mereka lebih dari itu: merasakan kebahagiaan.
Achieving is important, but there is no sense in overdoing it

-Gellauf

Di tengah dunia yang semakin kompetitif ini, Belanda memberikan pelajaran kepada kita soal kebahagiaan anak-anak. Bayangkan, lebih dari 90% anak-anak di Belanda merasa bahagia. Bahkan mereka tidak minum-minuman, merokok, atau berhubungan seks sebelum waktunya.

Inilah yang mengantarkan Belanda menyandang gelar The happiest kids in Europe, Anak paling Bahagia di Eropa berdasarkan survey yang diadakan oleh WHO, UNICEF International, dan German UNICEF Foundation. Apa rahasianya?


Hal menarik yang saya tangkap, salah satu rahasia kebahagiaan mereka ada pada sebuah meja makan. Meja makan dalam hal ini adalah sebutan untuk apapun tempat meletakkan dan menyantap makanan.

Mulai dari sebuah meja makanlah, anak-anak Belanda belajar kebersamaan juga kebebasan. Di depan meja makan, orangtua, anak, dan kerabat dekat saling bertemu. Sekitar 70% orang tua di Belanda selalu memiliki waktu untuk keluarga dan anak-anak. Mereka menyantap makanan bersama-sama. Makan bersama telah menjadi bagian hidup sebuah keluarga di Belanda sejak lama bahkan menjadi sebuah budaya.

Banyak ilmuwan sosial juga studi lebih lanjut dalam Archives of Family Medicine mengatakan bahwa makan bersama, bekerja seperti sebuah vaksin. Melindungi anak-anak dari segala macam bahaya. Studi itu menunjukkan bahwa anak-anak yang makan bersama lebih sedikit kemungkinannya untuk merokok, minum-minuman, dan obat-obatan terlarang. Mereka biasanya memiliki reputasi yang baik di sekolah. Dan Belanda pun berhasil membuktikannya.

Meja makan, salah satu tempat keluarga Belanda membangun identitas dan budaya. Cerita diturunkan, canda dan tawa pun dibagikan. Anak-anak mempelajari percakapan. Mereka mendengar bagaimana masalah dipecahkan, belajar mendengarkan masalah orang lain dan menghormati selera makan saudaranya.
Sebuah seni mendidik yang membawa anak-anak Belanda menjadi anak paling bahagia di tanah Eropa.

Pendidikan berkualitasdi meja makan tentang hidup yang telah diajarkan sejak dini, membawa Belanda menjadi salah satu negara terbaik untuk hidup (11th Best Country to Live, magazine of International Living). Juga menjadikan Belanda sebagai tempat tinggal paling bahagia (1st in Happiest Living, Gallup World Poll Survey). Hingga masuk dalam 10 negara terbaik dalam berbagai macam hal.

Maka tidaklah heran jika Belanda masih menjadi salah satu negara impian yang ingin disambangi oleh para pelajar dan wisatawan di seluruh dunia.

Seni mendidik sederhana dari meja makan Belanda ini semoga bisa menginspirasi keluarga di Indonesia.
Other things may change us, but we start and end with the family.
-Anthony Brandt

Referensi:
http://www.dutchdailynews.com/dutch-kids-happiest/
http://www.dw-world.de/dw/article/0,,2356219,00.html
http://news.bbc.co.uk/go/pr/fr/-/1/hi/world/europe/6360517.stm
http://www.time.com/time/magazine/article/0,9171,1200760,00.html
http://www.rnw.nl/bahasa-indonesia/article/mendidik-ala-belanda-dengar-pendapat-anak

Gambar:

tdwclub.com
SHARE:
© Mettle in Perspective. All rights reserved.
Blogger Templates made by pipdig